Sejak saya kecil, telinga saya sudah akrab dengan sebutan
Dataran Tinggi Dieng. Suatu kawasan perbukitan yang konon memiliki keindahan
alam yang paling mengagumkan di Pulau Jawa. Sejak kecil pula saya berharap bisa
mengunjungi tempat itu, tapi karena latak geografisnya yang terhitung jauh dari
tanah kelahiran saya di Depok saya mengesampingkan keinginan itu.
Seiring
berjalannya waktu, saya ditakdirkan untuk kuliah di Provinsi DIY yang secara
geografis letaknya cukup dekat dengan Dataran Tinggi Dieng. Kondisi yang
seperti ini kembali mengingatkan akan harapan masa kecil ku ketika ingin
mengunjugi Dieng. Ditambah lagi beberapa temanku yang ternyata pernah
mengunjungi Dieng, saya semakin penasaran dengan keindahan alam yang dimiliki
oleh Dataran tinggi Dieng.
Beruntung
sekali, beberapa pekan yang lalu saya mendapat kesempatan untuk bisa menikmati
keindahan alam Dieng bersama teman-teman dari ASEC (Actual Smile English Club)
sebuah klub Bahasa Inggris antar universitas di Jogja bekerja sama dengan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupatan Wonosobo. Saya berharap, rasa penasaran
yang ku pendam selama ini akan terlampiaskan.
Perjalanan
yang kami lakukan selama 2 hari ini diagenda kan untuk mengunjungi Telaga
Warna, Telaga Pengilon, Gua Semar, DPT (Dieng Plateau Teater), Kompleks Candi
Dieng, menikmati sunrise di Sikunir, dan arung jeram di Sungai Serayu. Wow!
Bisa arung jeram di Dieng?? Bukan, arung jeram yang kami lakukan ini di luar
kawasan wisata Dieng tetapi masih dalam Kabupaten Wonosobo tempat salah satu
sisi kawasan Dieng bernaung.
Mengingat agenda kami yang cukup
padat, ditambah lagi kami juga harus melakukan perjalanan selama 3 jam dari
Jogja menuju Kota Wonosobo dan setelah itu masih dilanjutkan lagi perjalanan selama
1 jam menuju kawasan wisata Dieng, jadi kami harus pintar pintar membagi waktu
dan me-manage tenaga.
Kedatangan kami di
Dataran Tinggi Dieng disambut dengan hujan yang sangat lebat. Untunglah, hujan
yang sangat lebat itu memakasa kami selalu fokus ke jalan karena tidak bisa
menikmatil alam di sekitar jalan yang kami lalui. Ditambah lagi dengan kondisi
jalan yang berkelok-kelok ala pengunungan pun membutuhkan konsentrasi yang
sangat tinggi dari pada pengendara.
Objek wisata yang pertama kami
kunjungi adalah Telaga Warna. Telaga Warna ini sangat unik, tidak seperti
telaga lainnya yang biasanya berwarna cenderung coklat, telaga ini memiliki
warna hijau tosca dan juga telaga ini juga mengeluarkan bau belerang yang
sangat pekat. Selain itu, posisi telaga yang dikelilingi perbukitan juga
memberikan memberikan keindahan alam tersendiri bagi wisatawan yang
mengunjunginya.
Sebenarnya dengan melalui pintu
masuk Telaga Warna ini kita juga bisa langsung mengunjungi Telaga Pengilon, Gua
Semar, dan DPT (Dieng Plateau Teater). Tetapi sayang, karena hari sudah mulai
gelap kami tidak bisa menikmati semuanya secara utuh. Walau pun kami sempat
berkeliling dan mengunjungi Gua Semar, tetap kurang puas rasanya sebab kami
melakukan nya dengan terburu-buru. Seandainya bisa tiba di tempat ini lebih
awal, mungkin kami akan lebih puas menikmati pemandangan di Telaga Warna.
Oh iya, saran dari saya jangan
malu-malu bila ingin menggunakan jasa guide setempat, sebab merekalah yang
sudah sehari-hari berada disana dan sehingga mereka benar-benar mengerti
sudut-sudut yang sangat indah dari objek wisata untuk dijadikan kenang-kenangan
ketika pulang nanti.
Dari Telaga Warna kami langsung
menuju kompleks Candi Dieng dan berharap bahwa sesampainya di sana kami bisa
melihat candi-candi yang disinari oleh lampu-lampu disekitarnya. Tetapi sayang,
ternyata lampu untuk candi candi tersebut baru dinyalakan pukul 9 malam,
sedangkan kami harus bersiap-siap tracking agar bisa menikmati sunrise di
puncak sikunir pada keesokan harinya.
Bersambung...
Baca juga cerita berikutnya :
Sunrise At Sikunir
Bersambung...
Baca juga cerita berikutnya :
Sunrise At Sikunir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar